Merpati Kemarin
Karya Yoga Alfauzan
Teruntuk puan yang termanis dan terlembut, begitu menyentuh hati
Aku tak tahu apa yang kau pikirkan, tapi rasaku sungguh penuh hanya untukmu
Jadi, kali ini izinkan aku mengutarakan resahku tentang yang dulu bersinar nan kian memudar
Kemarin, sekitaran jam satu petang, ku lihat sepasang burung merpati terbang mesra
Begitu mesranya hingga membuat sekumpulan awan cemburu dan mengundang petir yang menyambar di mana-mana
Kini ku kembali disadarkan betapa khawatir dan rapuhnya hati ini ketika dihadapkan jalan buntu yang untuk masuknya saja harus mendobrak dinding dulu sampai hancur
Bahkan ketika hancur, bongkahan beton itu masih sulit untuk ditapaki
Aku tahu betul bagaimana angin-angin berhembus hanya untuk menjadi kendaraan putik menemukan benang sarinya
Pohon-pohon kayu menjadi rumah, sedangkan angin masih tetap semula menjadi perantara yang baiknya tidak sedemikian rupa
Wahai puan, perlu kau ingat sekali lagi, aku sama sekali tidak berniat menjadi jalan setapak yang hanya sekedar dilalui lalu pergi hilang begitu saja
Nasab ku memang tidak seberapa dibanding habib yang termulia sejagat raya
Tapi puan, tempat ku berdiri ini terbuat dari tanah liat berisi darah dan keringat
Penuh kebisingan dan ketenangan mudah terusik hanya karena suara batuk di pojok pelataran musiman
Sepanjang hidup, bulan yang memerah tidak cukup menjadi pelipur lara untuk beristirahat
Kau lah puan, yang menjadi dasar dari keinginanku mengejar dunia
Dan seperti cinta sepasang merpati, tolong terbangkan lah mimpiku ini ke langit tertinggi yang kau mampu
0 Komentar