Dalam masyarakat kontemporer yang semakin terbuka terhadap berbagai ekspresi gender, konsep identitas gender menjadi semakin kompleks. Fenomena ini juga kadang membuat pemahaman menjadi semakin kabur dan ragu-ragu tentang apa itu gender, bagaimana gender dipahami, dan apa arti gender dalam konteks sosial. Tak jarang, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita malah dituntut untuk mengubah pandangan dan pola pikir sesuai dengan ideologi tertentu, salah satunya adalah Nilihilistik Gender ini.
Nihilistik Gender sendiri merupakan sebuah negasi terhadap moral gender, yang di mana pada gagasannya mengusungkan untuk mencoba menghapuskan gender dalam masyarakat. Lebih lengkap, nihilistik gender dibahas dalam esai Alyson Escalante dengan judul Nihilisme Gender: Sebuah Anti-Manifesto. Esai tersebut mencoba untuk menjawab kebuntuan yang dialaminya terhadap politik pembebasan trans terkait klaim mereka terhadap penebusan identitas di Amerika Serikat.
Antihumanisme, Penolakan terhadap Kodrat Manusia
Esai Nihilisme Gender: Sebuah Anti-Manifesto, mengungkap bahwa antihumanisme merupakan landasan dan pondasi yang menyatukan analisis para nihilis gender. Sederhananya, antihumanisme dalam konteks ini adalah penolakan terhadap esensialisme. Ia menolak premis bahwa sebenarnya individu memiliki karakteristik inheren yang melekat dan mendefinisikan individu. Lantas apa yang bermasalah dari gagasan tersebut?
Escalante sejatinya ingin mengungkapkan bahwa label "laki-laki" dan "perempuan" hanya merupakan simbol diskursif dan sama sekali bukan identitas individu. Kategori-kategori identitas lainnya, seperti gender, ras, seksualitas, dan kategori normatif lainnya hanyalah hasil dari perkembangan kehidupan manusia secara historis. Jati diri hanya dapat ditentukan setelah adanya wacana dan mediasi simbolik dari individu bersangkutan.
Hal ini membuat gagasan yang awalnya merupakan pembahasan terkait identitas gender melebar dan mengaburkan segala kategori biologis yang dimiliki individu. Identitas menjadi absurd dan tidak dapat didefenisikan kembali.
Tak hanya biologis, sejatinya gagasan ini juga menghamburkan keilmiahan sains. Sains seharusnya ditentukan dan dibahas berdasarkan objektifitas dan realitas, bukan berdasar imajinatif individu yang melalui wacana pribadi saja.
Penolakan terhadap kategori-kategori identitas individu secara moral juga dapat menimbulkan kecenderungan ekstrem. Kenapa? Konsep ini tentu dengan mudahnya dapat dijadikan sebagai alasan untuk menolak semua norma sosial terkait gender, yang pada akhirnya bisa merugikan stabilitas sosial. Ekstremisme dalam pemahaman gender dapat menciptakan ketegangan dalam masyarakat dan mempersulit upaya mencapai konsensus sosial.
Selain itu, upaya untuk menolak konsep esensialisme gender yang tradisional ini juga memunculkan adanya potensi esensialisme baru. Misalnya, dalam upaya untuk mengakui keragaman gender, sebagian orang mungkin memaksa individu untuk mendefinisikan diri mereka dengan label-label yang lebih spesifik. Ini bisa mengarah pada penciptaan norma baru yang mungkin tidak sesuai dengan pengalaman individu, dan pada akhirnya bisa menghasilkan pemaksaan norma baru.
Penghapusan Gender
Tidak seperti feminisme liberal, nihilisme gender menuntut lebih jauh dengan adanya gender abolitionist atau penghapusan gender. Dengan asumsi bahwa gender itu diskursif, para nihilis gender berpendapat bahwa gender hanya dapat muncul sebagai alat perantara interaksi sosial.
Secara sederhana, dalam nihilisme gender, gender hanya dianggap sebagai bingkai, bagian dari bahasa, dan seperangkat simbol serta tanda yang dikomunikasikan dan dikonstruksi oleh individu itu sendiri secara terus-menerus. Ia tidak stagnan, bersifat siklis dan berada dalam ranah wacana sehingga gender sebenarnya tidak diperlukan dan perlu di redefinisi ulang.
Tak hanya kategori biologis, kini nihilis gender juga mengecam bahasa sebagai instrumen yang digunakan untuk mempertahankan hierarki gender dan seksualitas. Alih-alih mencoba untuk memberikan solusi akan permasalahan terkait gender, mereka seolah-olah mengatakan, "untuk setiap permasalahan yang muncul, tugas kita hanyalah menegasikan tanpa henti!"
Memberikan penolakan pada setiap fenomena yang muncul bukanlah sebuah solusi, melainkan hanya keegoisan dari keengganan mencari solusi yang tepat. Atau mungkin, pada dasarnya analisis nihilisme gender ini belum benar-benar menemukan apa yang menjadi permasalahan utama gender ini.
Yang pasti, sebagaimana yang diungkapkan Bolin, Whelehan, Vernon, dan Antoine dalam bukunya berjudul Human Sexuality: Biological, Psychological, and Cultural Perspective bahwa pemahaman terkait gender sangat tersebar luas lintas budaya. Pemahaman dan peran gender pada satu budaya bisa jadi berbeda dengan yang lainnya.
Konsep nihilisme gender memang telah menjadi salah satu pemikiran utama yang sepenuhnya menolak fondasi pemahaman tradisional. Penulis sama sekali tidak menjustifikasi maupun mengadaptasi ideologi ini dalam kehidupan sehari-hari. Namun, penulis juga tidak sepenuhnya menyangkal bahwa ideologi ini hadir dalam beberapa diskursus dan tersebar di masyarakat.
Dengan tetap memahami batasan-batasan tertentu, mempelajari dan memilah paham-paham yang baru adalah proses yang penting dalam perkembangan intelektual, pertumbuhan pribadi, dan kemajuan sosial. Dengan kemampuan untuk menggali pemikiran baru dan menilainya secara kritis, kita menjadi individu yang lebih terbuka, lebih bijaksana, dan lebih mampu dalam menghadapi perubahan dan tantangan yang ada.
0 Komentar