Yang Tak Perlu Dimengerti

Source: <a href="https://id.lovepik.com/images/illustration-the-reading.html">Membaca  by Lovepik.com</a>

Karya Yoga Alfauzan

‎Wahai puan, atau siapa pun yang sedang membaca ini dengan napas setengah sadar, ‎

ketahuilah,

‎aku sedang tidak merasa perlu menjadi bagian dari keramaian yang terlalu sering melupa dirinya sendiri.

‎Bukan karena aku kecewa,

atau terlanjur merajuk pada masa lalu yang pahit,

‎tapi karena aku ingin diam,

‎seperti langit senja yang membiarkan awan lewat tanpa komentar.

‎Di jalanan yang riuh,

‎di bangku-bangku yang disesaki percakapan setengah basa-basi,

‎aku duduk

‎dengan kepala yang tidak ingin mengangguk

‎dan hati yang tidak ingin menyangkal.

‎Aku tahu aku hidup di dunia yang sibuk,

‎dengan jadwal yang lebih padat dari perasaan manusia itu sendiri,

‎tapi tak bisakah aku sebentar—menepi,

‎tanpa harus ditanya,

‎tanpa harus dikejar kata “kenapa”?

‎Aku tidak sedang hancur

‎tidak pula mengharapkan tangan yang menyentuh bahu lalu bilang:

‎"semua akan baik-baik saja."

‎Karena kadang,

‎baik-baik saja itu hanyalah kata penenang yang tak punya akar,

‎dan aku sedang tidak ingin menanam apapun.

‎Aku ingin seperti batu yang diam di sungai,

‎tak peduli seberapa deras air menyentuhnya,

‎ia tetap batu—ia tak berubah,

‎ia hanya menunggu sampai waktu tak punya nama.

‎Aku ingin seperti tiang listrik

‎yang tak pernah terlibat dalam obrolan siapa pun,

‎tapi tanpanya, malam terlalu gelap untuk dibaca.

‎Begitu pula diriku,

‎ingin hadir tanpa perlu diperhatikan,

‎ingin ada tanpa perlu diterjemahkan.

‎Aku tak sedang mencari jawaban,

‎juga tak sedang menyusun pertanyaan.

‎Yang kuinginkan hanyalah:

‎bernafas tanpa naskah,

‎berdiri tanpa makna,

‎melihat langit tanpa mengharapkan pertanda.

‎Jika kelak aku kembali bicara,

‎itu bukan karena aku ingin didengar—melainkan karena diamku sudah cukup,

‎dan sunyi telah menyelesaikan tugasnya.


Posting Komentar

0 Komentar